Karya: Waren Taseseb Genangan hujan masih membekas Melukis cermin-cermin kecil tak beralas Namun membiaskan cahaya lampu lalu lintas Dan menangkap keramaian yang melintas Suara seorang bocah cilik menjaja kertas-kertas Dari kaca mobil ke kaca mobil ia mengemis Sesekali menangkap gerimis yang jatuh tipis-tipis Lalu mengelabui wajahnya dengan senyum sinis Sesekali meloncat kecil sambil berjinjit Kembali mengulang refrain kesehariannya dengan kecut “Koran..., Om, koran..., Om, koran..., Om,” serunya tersendat-sendat Hanya klakson yang membalas; “Tiiiitttt...” Angin senja kembali menyengat kulit Sesekali ia membetulkan kancing baju yang hampir copot Merunduk meletakkan jajanan berisi tulisan padat Sayangnya ada yang terjatuh dalam genangan yang belum kering amat Malam ‘kan kembali menjelmakan dingin Tetapi, ia harus terus menjaga lampu merah seperti kemarin Mungkin hanya untuk mencari-cari lembaran dua ribuan Atau lima ribuan jika ada yang membeli tanpa meminta kembalian Sesekali ia mengumpat kecil sambil menggerutu “Aiiihhh, basaaahhhh...,” sambil memungut dengan wajah dungu Hujan memang sedang tidak bersahabat di sore-sore yang kelabu Namun selembar rupiah tak semudah bisikan doa dari bibir yang kaku Dari kejauhan ada seruan lain dari penjaja kacang Juga sahutan dari tukang sapu dan kemoceng Dan sorakan dari penjaja-penjaja koran seberang Gerimis telah lama mencuci halaman-halaman usang Cetakan pagi serasa berusia sebulan Terjamah tangan-tangan mungil wujud menuai kehancuran Tak laku di tangan mungkin jadi bungkus jualan Lalu menyulam luka pada wajah bocah ingusan
Pages: 1 2