Karya: Weren Taseseb
Tiga purnama telah usai begitu cepat Kehilangan bunda adalah hal tersulit Ibarat seorang petani sedang dalam musim rumit Menanti butir-butir hujan yang terhambat Awan berangsur pergi lalu petir menyulut Musim kemarau yang meniadakan rahmat Sang Ilahi pun seolah hilang dari doa yang tersemat Dari bilik paling sunyi seorang anak melarat Tiap malam miniti insomnia tak berujung Kabut dari gunung terus bertandang Manghadirkan dingin dan rindu yang merongrong Sesekali tertetemani lolongan anjing kampung “O, pemilik kehidupan para peziarah” Jerit batin yang paling rapuh Dan raga yang terhimpit beban resah Lesu dan luka masih saja bernanah; berdarah Cukuplah tiga purnama menyulam kelabu Membungkus perih pada sukma yang ungu Dan kenangan tahun-tahun lalu Esok masih ada mentari pada langit biru “Bunda, tidurlah dalam pusaramu yang belum kunamai” Bisik hati yang sedang bertarung untuk mulai lagi Bangkit dari lembaran-lebaran lusuh yang membuai Besok ‘kan masih ada doa untuk yang belum kuakhiri Helangdohi, Alor Pantar, 13 Januari 2023.
Laman: 1 2