MANA MATAMU, TUAN?

Karya: Weren Taseseb

Mana matamu, tuan?
Aku melihat gelap dari matamu kemarin
Waktu lewat jalan dengan suka-suka hati
Kau sedang buru-buru barangkali
Tidak! aku cermati dari lubuk hati
Kau picingkan mata dari balik kaca mati
Mungkin kau sedang mengidam negeri impian
Merasa sedang berkendara di atas awan-awan

Sepatah kata permisi pun terasing,tuan
Terasing dari rekah bibirmu yang asin
Duh, Tuan ... gelap buru-buru turun pada matahari
Terang telah berkhianat pada bilik sanubari
Ego memasung aku-mu dalam sunyi
Tertatih pun aku, tak kaugubrisi
Takut napasmu meniup debu semen
Dari jemariku yang sedang kotor-kotoran


Mana matamu, tuan?
kerikil-kerikil tajam berhamburan
Menanti mata-mata yang berkeliaran ke sana ke mari
Juga matamu yang turut buta dari hati
Lupa jika pada jalan ini jasadmu bisa abadi
Hanya dalam hitungan sekali kemudi
Dan tak ‘kan masuk dalam koran-koran
Seperti para petinggi-petinggi jalanan

Ini jalan kita, tuan!
Jangan tunggu sampai jasad dan jiwamu bercerai
Seperti daun-daun terhempas dari pohon; musim kemarau Juni
Dan kau ‘kan terkubur dalam debu-debu kefanaan

Helangdohi, Alor Pantar, 28 Januari 2023

Mana Matamu, Tuan? Karya Weren Taseseb
Gambar Ilustrasi Puisi, Mana Matamu Tuan?

Fitri Kurniawati

Fitri hanya seorang audience, pemilik nama pena Merepih Alam yang merupakan Cofounder SinergiNews.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan