Karya: Weren Taseseb
Mana matamu, tuan? Aku melihat gelap dari matamu kemarin Waktu lewat jalan dengan suka-suka hati Kau sedang buru-buru barangkali Tidak! aku cermati dari lubuk hati Kau picingkan mata dari balik kaca mati Mungkin kau sedang mengidam negeri impian Merasa sedang berkendara di atas awan-awan Sepatah kata permisi pun terasing,tuan Terasing dari rekah bibirmu yang asin Duh, Tuan ... gelap buru-buru turun pada matahari Terang telah berkhianat pada bilik sanubari Ego memasung aku-mu dalam sunyi Tertatih pun aku, tak kaugubrisi Takut napasmu meniup debu semen Dari jemariku yang sedang kotor-kotoran Mana matamu, tuan? kerikil-kerikil tajam berhamburan Menanti mata-mata yang berkeliaran ke sana ke mari Juga matamu yang turut buta dari hati Lupa jika pada jalan ini jasadmu bisa abadi Hanya dalam hitungan sekali kemudi Dan tak ‘kan masuk dalam koran-koran Seperti para petinggi-petinggi jalanan Ini jalan kita, tuan! Jangan tunggu sampai jasad dan jiwamu bercerai Seperti daun-daun terhempas dari pohon; musim kemarau Juni Dan kau ‘kan terkubur dalam debu-debu kefanaan Helangdohi, Alor Pantar, 28 Januari 2023
Laman: 1 2