Gerakan Kang Dedi Mulyadi dan Pembangkitan Kesadaran Nasionalisme Ekologis Sunda

Pembebasan Kultural Kang Dedi Mulyadi dan Kebangkitan Nasionalisme Ekologis Sunda - Fajar Budhi Wibowo: Pemrhari Sosio Budaya dan Kebijakan Publik Jawa Barat - Peneliti Koordinat Masyarakat Pejuang Aspirasi (LSM KOMPAS)
Pembebasan Kultural Kang Dedi Mulyadi dan Kebangkitan Nasionalisme Ekologis Sunda - Fajar Budhi Wibowo: Pemrhari Sosio Budaya dan Kebijakan Publik Jawa Barat - Peneliti Koordinat Masyarakat Pejuang Aspirasi (LSM KOMPAS)

SinergiNews – OPINI. Sejarah selalu mencatat bahwa pada setiap peradaban ada sosok yang menyalakan obor kesadaran. Mengobarkan semangat pembebasan serta perlawanan terhadap keterjajahan, dan membangun kembali kejayaan yang hampir musnah.

Di tanah Pasundan, jejak itu terlukis dalam langkah-langkah Kang Dedi Mulyadi, mewarnai kiprah politiknya dari sejak saat menjadi wakil rakyat daerah di Purwakarta hingga saat ini menjadi Gubernur Jawa Barat.

Ia bukan sekadar pemimpin administratif, bukan pula sekadar birokrat yang mencatat angka-angka dalam tabel statistik. Lebih dari itu, ia adalah juru bicara bumi dan air.

Kang Dedi Mulyadi adalah seorang penggerak yang menyadarkan manusia agar kembali pada akar budayanya. Menggenggam erat jati diri yang lama tercerabut oleh hegemoni pemikiran asing.

Meneguhkan Jati Diri Sunda dari Keterjajahan Pemikiran

Penjajahan tak selalu berwujud rantai dan senapan. Kadang ia menyusup dalam pikiran, menjalari kesadaran seperti racun yang perlahan melumpuhkan daya pikir dan keberanian untuk mempertanyakan.

Bangsa Sunda, yang dulu gagah di punggung kuda, yang dulu teguh di tengah badai, kini telah banyak yang kehilangan cahayanya. Keberadaannya nyaris tertelan arus dogmatisme yang mereduksi budayanya, hingga kini hanya menjadi sekadar nostalgia.

Kang Dedi menyadari bahaya ini. Ia melihat bagaimana warisan Sunda perlahan dikikis dan terkikis. Bahasanya perlahan memudar dari bibir anak-anak. Keadiluhungan filosofinya mengalami abrasi dan tergerus, sehingga kini mulai terasing di negerinya sendiri.

Dengan semangat seorang pejuang, ia juga menyalakan kembali api kebudayaan, membakar habis debu-debu kolonialisme pemikiran. Ia menghidupkan kembali narasi tentang kebanggaan sebagai “urang Sunda”.

Menggali ulang kearifan yang hampir tertimbun dalam abu sejarah. Baginya, pelestarian budaya bukan sekadar ritual seremonial, melainkan upaya membangun karakter manusia yang mandiri, berpikir bebas, dan tidak tersandera oleh dogma yang membelenggu.

Konsep ini selaras dengan Trisakti Bung Karno yang menjadi cita-cita pendirian bangsa Indonesia. Berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Kang Dedi bukan hanya menggemakan kebanggaan lokal, tetapi juga menjadikannya alat perjuangan nasional. Ia memahami bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenali dirinya sendiri, yang tidak mudah terseret dalam pusaran ideologi asing, yang terus menggerus akar identitasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Untuk lebih lengkapnya, silakan hubungi kami

Melayani Seluruh Indonesia, info lengkap hubungi kami

Optimized by Optimole