Purbaya Yudhi Sadewa Menkeu Baru, Gebrakan Fiskal Dimulai

Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani Indrawati pada reshuffle kabinet awal September 2025

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (tengah) didampingi Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (kiri) dan Thomas A. M. Djiwandono (kanan) menyampaikan keterangan pers di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (08/09).
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (tengah) didampingi Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (kiri) dan Thomas A. M. Djiwandono (kanan) menyampaikan keterangan pers di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (08/09).

Jakarta – Presiden Prabowo Subianto resmi menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani Indrawati pada reshuffle kabinet awal September 2025. Penunjukan ini menandai babak baru dalam tata kelola fiskal Indonesia, sekaligus menimbulkan ekspektasi besar di tengah situasi politik dan ekonomi yang bergejolak.

Jejak Pendidikan dan Karier

Lahir di Bogor pada 7 Juli 1964, Purbaya mengawali pendidikannya di bidang teknik elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah itu, ia menempuh studi lanjutan di Amerika Serikat, meraih gelar Master of Science dan Doktor di bidang ekonomi dari Purdue University.

Sebelum dikenal luas sebagai ekonom, Purbaya sempat bekerja sebagai insinyur lapangan di Schlumberger Overseas SA pada akhir 1980-an. Ia lalu meniti karier di bidang riset ekonomi dengan menjadi ekonom senior di Danareksa Research Institute. Dari sana, namanya terus menanjak hingga memimpin Danareksa Securities sebagai presiden direktur, lalu dipercaya menjabat Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sejak 2020.

Pengalaman panjang di sektor keuangan dan peran strategis di berbagai lembaga pemerintahan membuatnya dianggap matang untuk memikul tanggung jawab sebagai bendahara negara.

Reshuffle dan Penunjukan

Pengangkatan Purbaya terjadi di tengah situasi panas. Sri Mulyani, yang dikenal tegas menjaga disiplin fiskal, dicopot setelah gelombang protes besar terkait ketimpangan ekonomi. Presiden Prabowo menyatakan perlunya “angin segar” dalam kebijakan keuangan untuk menjawab aspirasi rakyat yang menuntut kesejahteraan lebih merata.

Pelantikan Purbaya pada 8 September 2025 pun langsung memicu reaksi pasar. Rupiah sempat tertekan dan investor menunggu kepastian arah kebijakan. Namun Purbaya menegaskan komitmennya untuk tetap menjaga stabilitas fiskal sekaligus memberi ruang pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.

Gebrakan Awal Kementerian Keuangan

Tak lama setelah dilantik, Purbaya membuat gebrakan. Ia mengumumkan rencana memindahkan sebagian besar dana pemerintah yang selama ini mengendap di Bank Indonesia ke bank-bank komersial. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menambah likuiditas di sistem perbankan, sehingga penyaluran kredit ke sektor riil dapat lebih deras dan mendukung pertumbuhan.

Selain itu, Purbaya menegaskan target ambisius: pertumbuhan ekonomi Indonesia 6–7 persen dalam jangka menengah, dengan dorongan penuh pada investasi dan industri padat karya. Ia juga membuka wacana reformasi perpajakan agar lebih adil, dengan memfokuskan insentif pada sektor-sektor produktif serta menekan potensi kebocoran penerimaan negara.

“Yang kita butuhkan adalah keberanian mengalirkan dana ke masyarakat, bukan membiarkannya diam. Ekonomi hanya akan bergerak jika kita memberi kepercayaan pada sektor riil,” ujar Purbaya dalam salah satu pernyataannya.

Tantangan Berat di Depan

Meski punya rekam jejak kuat, jalan Purbaya tidak mudah. Ia harus menyeimbangkan kebutuhan pemerintah untuk menjaga stabilitas fiskal dengan janji politik meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pergantian mendadak di pos keuangan ini juga memunculkan skeptisisme dari pasar internasional.

Namun, jika gebrakan awalnya mampu dijalankan dengan konsisten, Purbaya berpeluang menjadi figur kunci dalam menjawab tuntutan publik sekaligus menjaga kepercayaan investor.***

Untuk lebih lengkapnya, silakan hubungi kami

Melayani Seluruh Indonesia, info lengkap hubungi kami

Optimized by Optimole