Aki Balangantrang: Sunyi di Ujung Takdir – (Naskah Drama Monolog)

Orang-orang menyebutku... Aki Balangantrang. Kakek tua penjaga sunyi. Batu karang di tepi Citanduy. Hah! Nama yang besar untuk hidup yang kecil.

Aki Balangantrang: Sunyi di Ujung Takdir - Naskah Drama Monolog - Karya: Fajar Budhi Wibowo
Aki Balangantrang: Sunyi di Ujung Takdir - Naskah Drama Monolog - Karya: Fajar Budhi Wibowo

BAGIAN II – PENEMUAN BAKUL BAMBU (±4 menit)

Suasana:

  • Cahaya pagi berkabut.
  • Suara sungai lebih jelas.

AKI BALANGANTRANG:

Pagi itu… sungai bersuara aneh. Bukan deras… bukan pasrah… tapi seperti… berbisik.

Kupikir ada buaya lapar. Atau arwah tersesat. Tapi kudapati… hanyalah sebuah bakul bambu. Kecil, rapuh, mengapung… melawan arus hidup.

Di dalamnya… ada seorang bayi. Keriput, menangis… sebelahnya ada telur. Ya, sebutir telur ayam. Diam. Bulat. Hangat. Seolah berkata: “Aku juga bagian dari cerita ini.”

Apa yang lebih ajaib dari bayi dan telur, kawan? Yang satu tangisan awal kehidupan… Yang satu… janji yang belum dimulai.

Kupeluk bayi itu. Kutimang telur itu. Kupanggil ia… Ciung Wanara.

Aku tak tahu siapa orang tuanya. Aku hanya tahu… dunia membuangnya. Dan sungai… mengembalikannya padaku.

Kadang… hidup tak memberi kita pilihan. Kadang… hanya ada satu suara yang terdengar: Rawat.


Untuk lebih lengkapnya, silakan hubungi kami

Melayani Seluruh Indonesia, info lengkap hubungi kami

Optimized by Optimole