Aki Balangantrang: Sunyi di Ujung Takdir – (Naskah Drama Monolog)

Orang-orang menyebutku... Aki Balangantrang. Kakek tua penjaga sunyi. Batu karang di tepi Citanduy. Hah! Nama yang besar untuk hidup yang kecil.

Aki Balangantrang: Sunyi di Ujung Takdir - Naskah Drama Monolog - Karya: Fajar Budhi Wibowo
Aki Balangantrang: Sunyi di Ujung Takdir - Naskah Drama Monolog - Karya: Fajar Budhi Wibowo

BAGIAN IV – AJARAN TERAKHIR (±5 menit)

Suasana:

  • Cahaya dingin kebiruan.
  • Suara malam sunyi.

AKI BALANGANTRANG:

Malam terakhir. Malam terakhir aku… menjadi seorang kakek.

Anak itu berdiri di depanku… bukan lagi anak-anak. Badan tegap. Mata tajam. Aku tahu… aku harus bicara.

“Kau akan pergi, Nak. Ke kerajaan yang membuangmu. Ke tangan-tangan yang dulu menghanyutkanmu.”

Aku ingin berkata: jangan pergi. Tapi bagaimana bisa? Bukankah aku membesarkanmu jadi manusia?

Aku beri dia ayam jagonya. Kupanggil ia mendekat… kupeluk dia… untuk terakhir kali.

“Kau bawa ayam sakti itu, Nak. Bawalah seluruh doa kakekmu. Tapi jangan bawa dendam. Jadilah manusia.”

Itu… ajaran terakhirku. Yang mungkin… akan ia lupakan.

Dan malam itu… ia pergi. Tak menoleh. Tak bicara.

Dan di beranda rumahku… aku menangis.


Untuk lebih lengkapnya, silakan hubungi kami

Melayani Seluruh Indonesia, info lengkap hubungi kami

Optimized by Optimole