Diskusi Publik Pemajuan Kebudayaan: “Hujan Lebat” Aspirasi, Pujian Sekaligus Kritikan

Diskusi Publik Pemajuan Kebudayaan #1. (Farhan)
Diskusi Publik Pemajuan Kebudayaan #1. (Farhan)

Sesi “Speak UP” Unsur Pentahelix

“Saya, Lilis Erni O. Siregar, merasa terhormat menjadi nahkoda wacana pada panggung suci ini. Untuk menerangi perjalanan kita, izinkan saya memperkenalkan tiga pengupas yang masing-masing membawa kebijaksanaan dan wawasan yang mendalam, dan akan memanggil lima pemantik perwakilan dari unsur pentahelix,” kata-kata ini keluar dari moderator diskusi, seraya mengenalkan dan memanggil ketiga pengupas untuk menempati kursi para pengupas.

Lilis Erni O. Siregar – Moderator

Pemantik diskusi dari unsur Pendidikan tampil pertama, Dedi Hendradi, tampil sebagai perwakilan MGMP Seni Budaya SMA. Ia mengupas terkait mirisnya situasi dan kondisi serta perkembangan penggunaan Bahasa Sunda di tengah-tengah masyarakat.

Dedi Hendradi, S.Pd. – Perwakilan MGMP Seni Budaya SMA

“Pemerintah dan masyarakat harus memberi perhatian serius pada kondisi Bahasa Sunda di masyarakat dan dunia pendidikan, semakin hari kian kritis dan memprihatinkan. Ini perlu kita carikan formulasi untuk menjadi komitemen persama,” terang Dedi.

Kedua adalah Christina Sri Manunggal selaku Sekretaris DPK APINDO (Dewan Pimpinan Kota Asosiasi Pengusaha Indonesia) Kota Cimahi, berbicara soal irisan kebudayaan dan budaya dalam industri. “Kami di dunia Industri manufaktur pun tidak lepas dari kebudayaan, dalam dunia kerja menerapkan budaya itu sangat penting, salah satunya adalah budaya disiplin,”

Christina Sri Manunggal, S.H. – Sekretaris APINDO Kota Cimahi

Industri manufaktur dapat memanfaatkan objek pemajuan kebudayaan untuk menciptakan produk  barang yang mengandung nilai dan terkorelasi dengan budaya, sehingga mendukung pemajuan kebudayaan melalui pemanfaatan. Pemanfaatan ini menciptakan korelasi positif, di mana industri manufaktur menjadi sarana untuk menyebarluaskan, mendukung dan melestarikan budaya, sekaligus menghasilkan nilai ekonomi.

Sementara ini, pemantik ketiga dari Hayu Maca Foundation yang diberi kepercayaan untuk menyuarakan keresahananya mewakili unsur komunias, berbicara tentang ketiadaan dukungan regulasi yang menguatkan upaya-upaya pengembagaan budaya literasi.

Donny Safari, S.Sos. (Mang Idon) – Hayu Maca Foundation

“Saya sudah sejak lama bergelut di bidang literasi, namun Kota Cimahi hingga saat ini belum memiliki peraturan daerah yang memayungi kegiatan literasi, sehingga ini berimbas pada program serta ketersediaan anggaran dalam mendukung pertumbuhan dan pengembangan dunia literasi dari pemerintah Kota Cimahi,” sesal Donny Safari yang akrab dipanggil Mang Idon.

Pemantik keempat  dari unsur pemerintah oleh Camat Cimahi Selatan, yang menyampaikan komitemennya.

Cepy Rustiawan, S.Pd. – Camat Cimahi Selatan.

“Saya berkomitmen, dengan niat yang kuat ingin berkontribusi nyata dalam pemajuan kebudayaan di Kota Cimahi, salah satunya adalah untuk wiyaha yang saat ini saya pimpin di Cimahi Selatan, akan mendorong kebudayaan sebagai industri kreatif agar menguatkan sector kepariwisataan,” tegas Cepy Rustiawan.

Konsitensi Pemerintah Kota Cimahi dipertanyakan oleh pemantik kelima, yaitu Bubun Munawar yang berprofesi sebagai wartawan, perwakilan peserta dari unsur media.

Bubun Munawar, S.E. – Wartawan Limawaktu.id

“Potensi talenta kota cimahi kaya, banyak warga yang menjadi artis besar dan ternama di tingkat nasional maupun internasional. Tinggal pemangku kepentingan memiliki konsitensi dalam memberikan ruang dan perhatian kepada mereka di daerahnya sendiri. Kita memiliki Perda tentang pemajuan budaya lokal, Pemerintah Kota Cimahi apa bisa konsisten dalam menjalannya?,” tanya Bubun.

Untuk lebih lengkapnya, silakan hubungi kami

Melayani Seluruh Indonesia, info lengkap hubungi kami

Optimized by Optimole