Himpunan Penghayat Kepercayaan: Menjaga Jiwa Sunda di Tengah Kebhinekaan

Himpunan Penghayat Kepercayaan: Menjaga Jiwa Sunda di Tengah Kebhinekaan
Himpunan Penghayat Kepercayaan: Menjaga Jiwa Sunda di Tengah Kebhinekaan

Oleh: Tim SinergiNews – 8 Juli 2025

Di antara gemerlap urban Jawa Barat, Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK) menjaga nyala kearifan lokal. Sebagai payung bagi para penghayat Sunda Wiwitan dan aliran kepercayaan lainnya, HPK menjadi jembatan antara tradisi leluhur dan tantangan modern. Bagaimana mereka menjaga identitas di era 2025?

Jejak Awal dan Perjuangan

HPK Jawa Barat lahir sebagai wadah bagi penghayat kepercayaan, terutama Sunda Wiwitan, untuk memperjuangkan pengakuan dan hak sipil. Berawal dari diskriminasi terhadap penghayat pada era Orde Baru, HPK resmi terbentuk pada 2009, mengonsolidasikan komunitas seperti Baduy, Cigugur, dan Aliran Kebatinan Perjalanan. “Kami ingin penghayat diakui setara, tanpa stigma,” ujar Hadi Santoso, ketua HPK Jabar, pada 2023. Dengan lebih dari 50 komunitas anggota, HPK aktif dalam advokasi, seperti pencantuman “Kepercayaan” di KTP, yang berhasil pada 2017 setelah putusan Mahkamah Konstitusi.

Pada 6 Juli 2025, HPK berkolaborasi dengan Himpunan Alumni IPB di Bogor, menggelar acara bertema “Pemberdayaan Komunitas melalui Kepemimpinan,” menekankan peran penghayat dalam pembangunan sosial.

Aktivitas dan Ritual Budaya

HPK tidak hanya berfokus pada advokasi, tetapi juga pelestarian budaya. Mereka menggelar ritual seperti Seren Taun di Cigugur, Kuningan, dan sarasehan budaya di Bandung, mempromosikan nilai Sunda Wiwitan seperti harmoni dengan alam dan leluhur. “Ritual adalah cara kami menjaga keseimbangan kosmos,” kata Rina Susilawati, pengurus HPK, pada 2024. Acara tahunan seperti Ngemban Tradisi di Sukabumi menghadirkan tarawangsa, tarian adat, dan sesajen hasil bumi, menarik wisatawan dan generasi muda.

HPK juga mengedukasi masyarakat melalui seminar dan pameran budaya, bekerja sama dengan universitas dan Pemprov Jabar. Pada 2025, mereka meluncurkan program digital untuk mendokumentasikan naskah kuno Sunda, seperti Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian.

Tantangan di Era Modern

Meski telah berjuang selama 16 tahun, HPK menghadapi tantangan. Stigma “aliran sesat” masih melekat, terutama di daerah urban. “Banyak yang salah paham, mengira kami menolak agama resmi,” ujar Eko Prasetyo, anggota HPK, pada 2025. Tekanan pembangunan, seperti tambang ilegal di wilayah adat, juga mengancam kelestarian situs sakral. Insiden pengrusakan rumah retret di Cidahu, Sukabumi, pada Juni 2025, mencerminkan tantangan toleransi. Namun, HPK terus berupaya melalui dialog antaragama dan edukasi berbasis media sosial.

Refleksi: Kearifan Sunda untuk Masa Depan

Fajar Budhi Wibowo, penggiat budaya dari Pusat Studi Budaya dan Sejarah Sanghyang Hawu serta Dewan Kebudayaan Kota Cimahi, melihat HPK sebagai penjaga identitas Sunda yang inklusif. “Secara antropologis, HPK mewakili kosmologi Sunda yang memandang alam sebagai guru spiritual, seperti dalam ritual Seren Taun yang menghormati Dewi Sri. Dari perspektif kebudayaan, HPK berperan besar dalam memperjuangkan kebhinekaan, menghubungkan Baduy, Cigugur, dan komunitas lain di bawah payung Sunda Wiwitan.

Di Jawa Barat, semestinya dapat belajar dari HPK untuk mengembangkan wisata edukasi yang menghormati tradisi, seperti pameran tarawangsa atau kunjungan ke situs adat. Namun, tantangan stigma dan modernisasi menuntut strategi kolaboratif, seperti yang HPK lakukan dengan IPB di Bogor. Pendidikan budaya dan dukungan pemerintah untuk pengakuan situs adat adalah kunci pelestarian,” ujarnya.

Fajar menambahkan, inspirasi dari HPK relevan untuk Cimahi, yang sedang membangun identitas urban berbasis budaya lokal.

Menyapa Jiwa Penghayat

Di tengah pegunungan dan kota, HPK Jawa Barat mengalirkan semangat leluhur melalui ritual dan advokasi. Dengan tarawangsa dan doa syukur, mereka mengajak kita merangkul kebhinekaan. Siap bergabung dalam perjuangan mereka?


Catatan Redaksi: Artikel ini disusun berdasarkan wawancara dengan Hadi Santoso (2023, Kompas.com), Rina Susilawati (2024, Liputan6.com), dan Eko Prasetyo (2025, BandungBergerak.id), serta data dari Antara News (2025) dan BBC Indonesia (2025). Sinerginews.co.id berkomitmen mempromosikan budaya Indonesia.

Untuk lebih lengkapnya, silakan hubungi kami

Melayani Seluruh Indonesia, info lengkap hubungi kami

Optimized by Optimole