Membangun Cimahi dari Budaya: Revitalisasi Infrastruktur untuk Melompatkan IPK

Merekonstruksi dan Merevitalisasi Infrastruktur FIsik dan Non Fisik Kebudayaan adalah Suatu Keharusan

OPINI: Membangun Cimahi Dengan Budaya: Revitalisasi Infrastruktur untuk Melompatkan IPK Oleh: Fajar Budhi Wibowo Dapatkah sebuah kota penyangga metropolitan mempertahankan jati diri budayanya di tengah gempuran urbanisasi?
OPINI: Membangun Cimahi Dengan Budaya: Revitalisasi Infrastruktur untuk Melompatkan IPK Oleh: Fajar Budhi Wibowo Dapatkah sebuah kota penyangga metropolitan mempertahankan jati diri budayanya di tengah gempuran urbanisasi?

SinergiNews – OPINI. Dapatkah sebuah kota penyangga metropolitan mempertahankan jati diri budayanya di tengah gempuran urbanisasi? Bagi Kota Cimahi, pertanyaan ini bukan retorika, melainkan tantangan nyata. Jawabannya terpampang dalam data Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) yang pada 2023 berada di angka 55,57, masih di bawah rata-rata nasional yang mencapai 57,13 (Kemendikbudristek, 2023).

Menjawab tatangan dan persoalan, perlu adanya gelaran forum diskusi publik yang mengangkat tentang rekonstruksi dan revitalisasi infrastruktur kebudayaan. Forum dialogis yang memiliki intervensi strategis untuk menjembatani jurang antara keterbatasan infrastruktur dan antusiasme masyarakat yang meluap-luap, sebelum celah ini melebar lebih dalam.

IPK Cimahi adalah Tren Positif yang Menyimpan Ketimpangan

Kota Cimahi meraih capaian IPK 55,57 memang menandakan tren positif dari tahun-tahun sebelumnya. Namun, analisis mendalam justru mengungkap kelemahan struktural yang serius. Ketimpangan antardimensi sangat kentara.

Dimensi Ekonomi Budaya menyumbang sekitar 5,7% terhadap PDRB Kota Cimahi (BPS Kota Cimahi, 2024), didorong oleh sektor industri kreatif. Namun, dimensi Prasarana dan Sarana secara nasional diketahui masih sangat lemah, diperkirakan berkisar di bawah 50% untuk konteks Cimahi.

Kondisi ini adalah buah dari alokasi APBD untuk kebudayaan yang secara konsisten rendah. Dari total APBD Kota Cimahi sebesar Rp 1,68 Triliun pada 2025, porsi untuk kebudayaan hanya berkisar 1,2% – 1,8% atau setara dengan Rp 20 – 30 Miliar (Raperda APBD 2025).

Angka ini jauh dari memadai untuk membangun dan merawat infrastruktur yang berkualitas. Selain itu, posisi Cimahi masih perlu dikejar jika dibandingkan dengan kota tetangga seperti Kota Bandung (IPK 56,19) atau Kota Tasikmalaya yang memiliki karakteristik serupa.

Pemajuan Budaya Merupakan Investasi untuk Seluruh Indeks Pembangunan

Pemajuan kebudayaan adalah investasi multidimensi. Data membuktikan bahwa budaya bukan sektor pelengkap, melainkan penggerak utama. Cimahi yang memiliki IPM kategori sangat tinggi (80,30) pada 2024 (BPS Jabar, 2024) dapat semakin mengokohkannya melalui program kebudayaan yang memperkuat dimensi pendidikan dan kesehatan mental.

Demikian pula dengan potensi ekonomi kreatif. Kontribusi sektor kebudayaan terhadap PDRB yang kini 5,7% memiliki peluang untuk ditingkatkan signifikan, mengejar kontribusi sektor pariwisata Jabar yang mencapai 4,8% dari PDRB (BPS Jabar, 2023).

Peringkat 4 nasional Indeks Kota Pintar (IKP) dengan nilai 3,63 (Kemenkominfo, 2024) adalah peluang emas untuk mendigitalisasi kebudayaan, seperti pengembangan virtual museum atau aplikasi pemetaan seniman. Dengan kata lain, meningkatkan IPK berarti memicu lompatan pada IPM, PDRB, dan IKP secara bersamaan.

Untuk lebih lengkapnya, silakan hubungi kami

Melayani Seluruh Indonesia, info lengkap hubungi kami

Optimized by Optimole