Filosofi yang Tertanam dalam Arsitektur
Bagi masyarakat Sunda, rumah bukan sekadar tempat berteduh, melainkan cerminan hubungan manusia dengan alam dan kosmos. Rumah panggung dalam desain Julang Ngapak melambangkan posisi manusia yang berada di antara langit dan bumi.
Filosofi ini mengajarkan bahwa menjalani hidup harus dengan keseimbangan, tidak terlalu terikat pada duniawi, tetapi juga tidak melupakan dimensi spiritual.
Dalam kosmologi Sunda, mengenal konsep tri tangtu di buana—tiga lapisan kehidupan yang mencakup buana nyungcung (alam atas), buana tengah (alam manusia), dan buana larang (alam bawah).
Rumah Julang Ngapak dengan struktur panggungnya berada di posisi buana tengah, menggambarkan tempat manusia menjalani kehidupan yang harmonis dengan alam atas dan bawah.
Bentuk atap yang menyerupai burung mengepakkan sayap melambangkan hubungan manusia dengan buana nyungcung, aspirasi menuju spiritualitas dan kedamaian yang lebih tinggi.
Istilah “bumi” dalam bahasa Sunda tidak hanya berarti rumah, tetapi juga dunia. Anggapan masyarakat Sunda, rumah adalah miniatur alam semesta, tempat di mana manusia menjaga keseimbangan antara dirinya dengan alam dan Sang Pencipta.
Filosofi ini sejalan dengan dua aspek Objek Pemajuan Kebudayaan, yaitu Pengetahuan Tradisional dan Teknologi Tradisional. Pengetahuan tentang struktur panggung, bahan alami, dan desain yang adaptif merupakan warisan budaya yang harus terus terlestarikan.
