Makna dan Pelestarian Sigale-gale
Masyarakat Batak menggunakan Sigale-gale dalam upacara adat tertentu, terutama dalam ritual penghormatan kepada leluhur. Dahulu, penampilan patung ini dalam prosesi pemakaman anak laki-laki yang meninggal tanpa keturunan. Masyarakat percaya bahwa tarian Sigale-gale bisa menggantikan anak tersebut dalam ritual tarian terakhir, sebagai bentuk penghormatan dan perpisahan.
Seiring perkembangan zaman, jumlah Sigale-gale semakin berkurang. Namun, beberapa rumah adat dan sanggar seni di Samosir masih mempertahankan warisan ini. Wisatawan yang berkunjung ke daerah ini sering mendapati suguhan pertunjukan Sigale-gale sebagai bagian dari atraksi budaya.
Seorang tetua adat setempat menjelaskan pentingnya pelestarian Sigale-gale. “Patung ini bukan hanya hiburan, tetapi juga bagian dari sejarah dan kepercayaan kami. Jika tidak terjaga, generasi mendatang bisa kehilangan salah satu identitas budayanya,” katanya.
Untuk memastikan keberadaan Sigale-gale tetap ada, masyarakat Samosir bersama pemerintah daerah mulai mengajarkan cara pembuatannya kepada generasi muda. Festival budaya dan pertunjukan wisata pun ada secara rutin, agar Sigale-gale terus menari dan mengisahkan sejarahnya kepada dunia.***
Jurnalis: Fajar Budhi Wibowo