Indeks

Dirgahayu RI ke 80

Aki Balangantrang: Sunyi di Ujung Takdir – (Naskah Drama Monolog)

Orang-orang menyebutku... Aki Balangantrang. Kakek tua penjaga sunyi. Batu karang di tepi Citanduy. Hah! Nama yang besar untuk hidup yang kecil.

Aki Balangantrang: Sunyi di Ujung Takdir - Naskah Drama Monolog - Karya: Fajar Budhi Wibowo
Aki Balangantrang: Sunyi di Ujung Takdir - Naskah Drama Monolog - Karya: Fajar Budhi Wibowo

BAGIAN V – EPILOG: SUNYI YANG SEMPURNA (±8 menit)

Suasana:

  • Cahaya merah tembaga.
  • Musik gamelan sangat samar.

AKI BALANGANTRANG:

Dan begitulah aku… kembali sendiri. Sungai terus mengalir. Ayam-ayam tetap berkokok. Aku? Aku menunggu. Menunggu apa? Entahlah. Mungkin… hanya… menunggu mati.

Konon… anak itu kini raja. Ciung Wanara, penguasa timur. Semua orang mengenal namanya. Tapi tak seorang pun bertanya… siapa yang membesarkannya.

Tak ada tempat dalam kisah kemenangan… bagi penjaga sunyi.

Mungkin benar… aku cuma batu di tepi sungai. Tempat air berhenti sejenak… lalu pergi.

Tapi biarlah. Aku puas. Bukan kerajaan yang ingin kutinggalkan… tapi satu pesan yang kubisikkan malam itu: “Jadilah manusia.”

Jika ia mengingatnya… aku menang. Jika tidak… biarlah sungai yang jadi saksi.

Kadang aku ingin bertanya pada sungai: “Kau ini… sungai… atau takdir?”

Dan kalian… jika suatu hari menemukan bakul hanyut di sungai… jangan tanya siapa pemiliknya. Cukup kau rawat. Sebab kadang… takdir tak memilih pahlawan. Ia memilih… penjaga yang terlupakan.

Dan di sinilah aku. Aki Balangantrang. Penjaga titipan langit. Dan kini… aku hanya menunggu… sunyi… yang sempurna.

(Lampu padam. Sunyi. Musik gamelan satu nada panjang.)


Reporter: Dadan Kurnia

Melayani Seluruh Indonesia, Info Lengkap hubungi kami

Melayani Seluruh Indonesia, info lengkap hubungi kami

Optimized by Optimole
Exit mobile version