Cimahi, SinergiNews – Di ufuk timur seni rupa Kota Cimahi, sebuah cahaya estetika mulai menyelinap bagai embun pagi pada Minggu, 1 Juni 2025. Mozi Institut, sang arsitek kegiatan yang berdiri teguh bagai pohon beringin, kembali menggoyang Kota Cimahi dengan pameran pra-kuratorial Portfolio Painting: Road to CIMA’ ART FES 2025. Bersama Komite Seni Rupa Dewan Kebudayaan Kota Cimahi, Mozi Institut mengundang kita menyelami karya Bahar Malaka, seorang pelukis yang bagai filsuf dengan kuas, menulis bait-bait rasa berima di atas kanvas.
CIMA’ART FEST 2025 sebagai Lentera Jiwa Seni Lokal
Mozi Institut bukan sekadar penyelenggara, melainkan salah satu roh yang menghidupkan denyut seni Cimahi. Bagai seorang penutur dongeng tua, institut ini merangkul potensi lokal dengan tangan terbuka, menjadikan setiap sudut kota sebagai galeri hidup. Melalui rangkulannya, CIMA’ ART FES 2025, yang akan memuncak pada 28 Oktober 2025, diimpikan sebagai simfoni megah yang menyatukan keberagaman seni rupa dan media baru. Dengan visi setajam mata elang dan hati seluas samudra, Mozi Institut membangun jembatan emas menuju festival ini, memulai perjalanan dari pameran hari ini hingga 6 Juni 2025 untuk Portofolio Bahar Malaka, di Jalan Kamarung No. 5B, Citeureup, Cimahi, mulai pukul 10:00 hingga 15:00 WIB. Rencana, setiap minggu akan berganti dengan pameran lukis karya perupa lainnya.
Sebagai penjaga lentera kebudayaan, para penggiat seni rupa lainnya tak hanya mengkurasi, tetapi juga menabur benih harapan. Mereka menjadi ekosistem yang menyuburkan bakat lokal, menjadikan Cimahi kanvas raksasa di mana setiap goresan adalah napas, dan setiap warna adalah cerita. Pameran ini, bagai batu pertama menara estetika, adalah bukti komitmen mereka untuk mengangkat seni dari akar ke panggung dunia.
Bahar Malaka: Sang Penyair Kanvas yang Berbisik tentang Kehidupan
Di panggung ruang ekspresi Mozi Institut, Bahar Malaka berdiri bagai kuda perkasa dalam lukisannya. Ia bukan sekadar pelukis, melainkan penyair yang menumpahkan filsafat hidup ke dalam setiap sapuan kuas. Karyanya, bagai cermin jiwa, mencerminkan odise pribadinya, sebuah perjalanan penuh liku yang bertransformasi menjadi simbol dan kritik sosial.
Salah satu mahakaryanya, Kuda di Atas Tumpukan Tulang dan Papan Catur, adalah rangkaian ras dalam visual yang memikat hati. Interpretasi “Kuda di Atas Tumpukan Tulang dan Papan Catur”
Menampilkan sebuah kuda perkasa yang berdiri tegak di atas tumpukan tulang belulang, dengan latar belakang langit yang dramatis dan sebuah objek bundar gelap menyerupai gerhana matahari. Di bagian bawah, terhampar lantai berpola papan catur.
Dalam pameran ini, Bahar Malaka menampilkan banyak lukisan penuh makna lainnya,