Dari Gerakan Kultural ke Perjuangan Nasional
Kang Dedi telah menorehkan jejak, menyalakan kembali kesadaran, dan menawarkan jalan bagi mereka yang ingin keluar dari keterasingan budaya atau kehancuran lingkungan. Apa yang ia lakukan bukan sekadar program kerja, bukan pula sekadar kebijakan politis, namun lebih kepada menjalankan kewajiban sebagai manusia kepada penciptanya.
Ini adalah gerakan pembebasan dalam makna yang sesungguhnya. Membebaskan manusia dari belenggu pemikiran yang menjajahnya, membebaskan tanah dari cengkeraman kerakusan, dan membebaskan bangsa ini dari kebutaan terhadap warisan serta budaya yang menjadi tanggung jawabnya sendiri.
Kini, pertanyaannya bukan lagi apakah gerakannya bisa berjalan lebih jauh? Tapi, pertanyaan tepatnnya adalah, siapa yang akan ikut serta dalam perjuangan dan gerakannya?
Sebab sejarah selalu memilih para pemberani, mereka yang tidak sekadar berseru dari kejauhan, tetapi yang berani turun ke medan pertempuran. Dan medan itu kini terbuka lebar, arena jihad fisabilillah ada di mana-mana, di sungai yang kotor, di tanah yang gersang, di kepala-kepala yang masih ter tertidur dan belum tersadar.
Apakah kita hanya akan menjadi penonton, ataukah kita akan berdiri dan bergerak bersama? Itu adalah pilihan yang harus dijawab oleh setiap anak negeri yang masih mencintai tanah tempat ia berpijak.***
Penulis:
Fajar Budhi Wibowo. Aktivis Pemerhati Sosio Budaya dan Kebijakan Publik Jawa Barat – Peneliti di Koordinat Masyarakat Pejuang Aspirasi (LSM KOMPAS)
Editor: Fitri Kurniawati.