Bagian 1: Asal Usul dan Tanda-Tanda
Alkisah, sebelum kata-kata menemukan maknanya, dan sebelum waktu mencatat hari-hari, tanah ini hanya bernapas lewat angin.
Langit masih dekat dengan bumi. Gunung-gunung belum dipanggil dengan nama, termasuk Sang Perahu. Sungai belum mengalir, hanya diam, mengendap sebagai mimpi.
Pada hamparan luas yang belum terjamah kehendak manusia, waktu berputar tanpa arah. Pohon-pohon belum menua, batu belum tergores sejarah. Alam adalah kanvas, dan cahaya belum memilih warna.
Dalam kesenyapan itulah, terdengar nyanyian yang bukan dari makhluk, melainkan dari kesadaran tanah, nyanyian purba yang dalam bahasa leluhur menyebutnya sasakala (legenda).
Dan dari rahim tanah yang bergetar oleh nyanyian api dan desir embun, lahirlah satu sosok:
Sangkuriang, anak waktu yang tidak tahu kapan ia dilahirkan.
Sangkuriang, perwujudan keinginan yang tak sabar menunggu takdirnya sendiri.