Mengangkat Identitas Kebudayaan Pada Pembangunan Berkelanjutan dan Partisipatif
Dalam konteks Provinsi Jawa Barat dan Kota Cimahi, pernyataan Ajip Rosidi bukan hanya menjadi renungan, tetapi panggilan. Tanpa integrasi kebudayaan dalam visi pembangunan, maka Smart City hanya akan menciptakan kota cepat, bukan kota cerdas.
Kota Cimahi memerlukan kebijakan lintas sektor yang menjadikan kebudayaan sebagai kerangka kerja pembangunan. Artinya, Kota Cimahi harus menyusun ulang sistem pendidikan daerah yang memberi ruang bagi narasi lokal. Menghubungkan inovasi teknologi dengan nilai-nilai tradisi, dan membangun sistem pendanaan kebudayaan yang berkelanjutan.
Pemerintah daerah di Jawa Barat, termasuk Cimahi, mesti berani merancang peta jalan kebudayaan, yang bukan hanya berhenti pada festival dan lomba semata. Cobalah masuk pada perumusan urban planning, mitigasi sosial, bahkan sistem informasi kota.
Pendidikan, ekonomi kreatif, infrastruktur digital, semuanya bisa menjadi pintu masuk untuk mengangkat kebudayaan sebagai strategi pembangunan jangka panjang. Di Kota Cimahi, bisa memulainya dari hal-hal sederhana, semisal, dengan mendokumentasikan cerita rakyat lokal dan pengetahuan lokal yang nyaris punah. Termasuk mendesain ulang ruang publik dengan pendekatan arsitektur Sunda kontemporer.
Bahkan, dengan kreatifitas, dapat juga menghubungkan komunitas kreatif dengan perangkat daerah melalui sistem digital yang partisipatif. Cimahi, dengan segala keterbatasan dan potensinya, bisa menjadi contoh tentang bagaimana kota kecil melakukan lompatan besar.