SinergiNews – Kab. Kupang, 21/01/2022. Gerimis tipis jatuh perlahan-lahan lalu hilang dan hujan ringan jatuh perlahan namun hilang lagi. Hembusan angin Pantai Panmuti membawa aroma karang disertai dingin dan bau tengik yang samar-samar.
Dekat sebuah gubuk tua, seorang lelaki berambut putih sibuk membenahi penyanggah kacang panjang yang patah. Sesekali ia mengunyah sirih pinang dan meludah, lalu menyeka sisa-sisa ampas pinang pada bibirnya yang mulai keriput namun sedikit memerah.
“Beta (Saya, red) punya nama Opa Yafet Ottu, Pak. Orang biasa pange beta (panggil saya, red) Opa Yafet, Pak,” jawabnya memperkenalkan dirinya ketika disapa dan ditanya siapa namanya. Saat berjumpa pada Minggu, (16/01/2022) ketika sedang istirahat, Opa Yafet (64) mengakui, keterhambatan kerja akibat cuaca yang kurang bersahabat. Meskipun demikian, ia sempat meluangkan waktunya untuk membenahi penyanggah kacang serta menyiangi rumput ladang jagungnya.
Sejauh penjelasannya, sudah 3 tahun ia bekerja untuk tanah misi Keuskupan Agung Kupang sejak memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan sebagai sopir bus antar kota dalam provinsi. Tempat kerjanya saat ini berada wilayah RT 24, RW 24, Dusun Kuan Noah, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selain bekerja mengurus tanah misi yang sebagian besarnya tumbuhi pohon-pohon jati, pekerjaan lainnya adalah bertani dengan menanam kacang panjang, mentimun dan jagung. Ada pula beberapa jenis tanaman seperti lombok dan papaya yang telah tertanam sesuai musim sepanjang tahun. Ini juga untuk menambah penghasilan demi mencukupi kebutuhan hidup bersama istri dan anak-anaknya yang belum menikah, khususnya anak bungsunya.
Semangat Berkarya Terus kak. Gbu
Horas…!
Terima kasih. 🙏😀