Sinergi Merketplace - simpleaja.id
Kasusnya menenggelamkan isu utama yang diperjuangkan mahasiswa: anti tiga periode dan turunkan harga-harga.

DEMO ADE ARMANDO

Ade dan Minang

Banyak orang Minang yang menganggap Ade kebablasan –sampai mengguncangkan tigo tungku adat sukunya.

Akan tetapi, di Minang sebenarnya memang biasa orang berpikir kritis. Iklim intelektual di sana memungkinkan. Sejak dahulu. Sampai pun lahir tokoh legendaris seperti Tan Malaka yang sangat kiri.

“Tapi umumnya orang Minang tetap menjaga keseimbangan tiga tungku itu,” kata pengamat tadi. “Yang paling berani pun, mungkin hanya sampai tingkat 60,” tambahnya.

“Tingkat Ade ini sudah 90 atau 100,” katanya. Artinya: apa yang ada di pikiran Ade 100 persen ia ucapkan. Tidak ada yang disembunyikan.

Tidak ada yang dicadangkan untuk tenggang rasa. Pun kalau itu menyangkut agama dan alim ulama.

Namun, dalam hal Saifuddin Ibrahim, Ade mengecam pendeta Kristen lulusan pesantren di Bima itu.

“Saifuddin itu dungu dan bodoh,” kira-kira begitu pendapatnya. “Seharusnya Saifuddin hanya mengusulkan perbaikan tafsir Qur’an, bukan menghapus 300 ayat Qur’an-nya,” ujarnya di suatu acaranya.

Ade juga tidak setuju penilaian Saifuddin bahwa pesantren sarang terorisme. “Mayoritas pesantren itu NU. Dan NU sangat moderat,” katanya. “Kalau toh ada yang ekstrem itu minoritas,” tambahnya.

Aneh, kata Ade, Saifuddin mengelu-elukan menteri agama sebagai orang yang moderat, tetapi menilai pesantren sarang ekstremis.

“Padahal menteri agama lulusan pesantren,” ujar Ade. “Di mana logika pendeta Saifuddin,” katanya.

About

Tinggalkan Balasan